Profil Muhammad Ikhlas Thamrin Penemu Bobibos Bahan Bakar Jerami, KDM Ambil Alih, Bahlil Hati-hati

Muhammad Ikhlas Thamrin adalah penemu Bobibos atau bahan bakar jerami. Dia dan timnya melakukan riset selama 10 tahun.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
X/@11MaretUniv// Bobibos
SEDANG DISOROT - Nama Muhammad Ikhlas Thamrin ikut jadi sorotan setelah Bobibos yang merupakan akronim Bahan bakar Original Buatan Indonesia Bos sebagai bahan bakar jerami viral. 
Ringkasan Berita:

BANGKAPOS.COM - Nama Muhammad Ikhlas Thamrin ikut jadi sorotan setelah Bobibos yang merupakan akronim Bahan bakar Original Buatan Indonesia Bos sebagai bahan bakar jerami viral.

Muhammad Ikhlas Thamrin adalah penemu Bobibos atau bahan bakar jerami.

Dia dan timnya melakukan riset selama 10 tahun.

Siapa sosok ini lebih jauh?

Muhammad Ikhlas Thamrin adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 2001.

Selama kuliah, Muhammad Ikhlas Thamrin mengaku sangat sering mengikuti demonstrasi untuk mengkritisi sumber energi di Indonesia.

“Saya ingat betul pernah berdemo di Jakarta untuk menolak kenaikan harga BBM.

Namun, setelah lulus saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk memberi solusi perihal energi,” ujar Muhammad Ikhlas Thamrin dikutip dari situs resmi UNS, Rabu (12/11/2025).

Lulus tahun 2005, Muhammad Ikhlas Thamrin pun mulai mencari solusi untuk permasalahan energi.

Ia berpendapat energi di Indonesia berpotensi langka dan mahal karena belum memanfaatkan energi terbarukan terlebih yang saat ini digunakan belum ramah lingkungan.

Pada 2007, Muhammad Ikhlas Thamrin memulai riset tentang energi bersama timnya.

Delapan tahun kemudian ia mendirikan PT Baterai Freeneg Generasi.

Hasil dari riset yang dilakukannya melahirkan sebuah solusi energi berbasis pulsa berupa kompor dan motor.

Kala itu, patennya telah diuji oleh International Certificate Testing Technology (ICTT).

Kompor dan motor listrik tersebut akan dapat digunakan dengan baterai yang menganut sistem pulsa token.

Pengguna tidak perlu mencari stasiun pengisian listrik umum untuk mengisi daya jika baterai habis melainkan cukup mengisi pulsa token.

Muhammad Ikhlas Thamrin bermimpi membangun ekosistem listrik di Indonesia pada 2030. 

10 tahun riset Bobibos

Bobios dibuat dari dari berbagai tanaman yang mudah tumbuh di banyak wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan.

Dengan RON mendekati 98, Bobibos disebut bisa menempuh jarak lebih jauh dibandingkan bahan bakar solar konvensional saat ini.

10 tahun riset mandiri, Bobibos masih perlu lewati banyak pintu

Muhammad Ikhlas Thamrin menciptakan Bobibos dilatarbelakangi oleh keresahannya pada tingginya ketergantungan Indonesia terhadap energi impor.

Ia ingin membuktikan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan dan riset mandiri.

Pendanaan Pengembangan Bobibos Bakal Diambil alih KDM

Penemuan ini memantik perhatian Kang Dedi Mulyadi atau KDM, Gubernur Jawa Barat.

Dedi Mulyadi kemudian melakukan uji coba bahan bakar dari jerami untuk mesin traktor diesel di area persawahan, Lembur Pakuan, Kabupaten Subang.

Mantan Bupati Purwakarta tersebut menjelaskan, uji coba ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana limbah pertanian, seperti jerami, dapat diolah menjadi energi alternatif.

"Ini kalau nanti berhasil, berarti jerami yang ada di sawah daerah Lembur Pakuan ini bisa diproses, kita ekstraksi jadi bahan bakar," kata Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com pada Selasa (11/11/2025).

Jika percobaan ini sukses, Dedi menyatakan, produksi bahan bakar dari jerami akan segera dikembangkan secara massal di Lembur Pakuan.

Dilansir dari laman Bapenda Jawa Barat, hasil pengujian penggunaan bahan bakar dari jerami menunjukkan kinerja mesin yang optimal, tarikan ringan, dan kualitas asap buangan yang lebih baik.

Uji laboratorium resmi oleh Lemigas juga mengonfirmasi kualitas bahan bakarnya diklaim memiliki angka oktan (RON) mencapai 98,1.

Inovasi bahan bakar yang diberi nama Bobi Boss (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos) ini dikembangkan oleh tim ahli muda.

Dengan rasio konversi mencapai 3.000 liter Bobi Boss per hektar sawah, Lembur Pakuan yang memiliki potensi hingga 1.000 hektar dapat menghasilkan jutaan liter bahan bakar dari jerami.

Keunggulan Bobi Boss tidak hanya terbatas pada bahan bakar. Karena dalam proses pengolahannya dari jerami juga menghasilkan produk turunan yang bernilai, termasuk pakan ternak (diperkirakan hingga 2.000 ton dari 500 hektar) dan pupuk.

Hal ini menciptakan siklus ekonomi berkelanjutan di mana pertanian tidak hanya menghasilkan pangan, tetapi juga energi, pakan, dan pupuk.

Lanjut Dedi, jerami yang selama ini dianggap sebagai limbah dan dibakar pasca-panen, kini bisa menjadi peluang bagi masyarakat desa untuk mengolahnya menjadi sumber bahan bakar yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

"Dua minggu lagi panen. Kalau sudah panen, itu (jerami) nggak usah dibuang. Kita langsung kerja sama, langsung dibuat jadi bahan bakar," tuturnya.

Lancar Dedi menegaskan, pengembangan awal proyek ini tidak akan melibatkan lembaga pemerintah. I

a pribadi akan mendanai proyek tersebut. "Nggak usah dulu pakai lembaga pemerintah, pakai lembaga KDM aja," pungkas Dedi sambil tertawa.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Hati-hati

Inovasi Bobibos ditanggapi hati-hati oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Di tengah sorotan dan euforia publik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilih bersikap hati-hati.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pihaknya belum dapat memberikan penilaian sebelum hasil kajian teknis dan uji laboratorium lengkap diperoleh.

“Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” ujar Bahlil singkat saat ditemui usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (11/11/2025), dikutip dari tayangan video KompasTV.

Bahlil menambahkan, pemerintah tidak ingin gegabah menanggapi setiap klaim inovasi energi baru tanpa uji validasi yang jelas.

Menurutnya, aspek keselamatan, kualitas bahan bakar, dan kelayakan komersial menjadi faktor penting sebelum sebuah produk bisa dipasarkan secara luas.

Banyak Tahap dari Sisi Akademik

Dari sisi akademik, kalangan perguruan tinggi menilai inovasi Bobibos menjanjikan, namun tetap membutuhkan uji multidisipliner yang ketat.

Dalam ulasan resminya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menegaskan bahwa validasi bahan bakar baru tidak cukup hanya dengan hasil laboratorium tunggal.

Diperlukan serangkaian uji keselamatan produksi, standar emisi, serta ketahanan mesin dalam berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan.

“Regulator harus memastikan produk tidak hanya bagus di laboratorium, tapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa dalam ulasannya.

Pihak kampus juga menyoroti empat hal yang menjadi keraguan publik, yakni keaslian hasil uji laboratorium, efek jangka panjang terhadap mesin, dampak lingkungan yang benar-benar terukur, serta kesiapan regulasi dan distribusi nasional.

Untuk itu, akademisi mendorong agar tim pengembang membuka data hasil uji secara transparan, menggandeng lembaga pengujian independen, dan melibatkan BUMN energi atau pelaku industri migas guna memastikan skala produksi dan kepatuhan terhadap regulasi.

 “Tanpa keterbukaan dan kolaborasi formal, inovasi berisiko berhenti di tataran viral semata,” tulis FMIPA Unesa mengingatkan. (Tribun Trends/ Kompas.com/ Kompas.tv/ Bangkapos.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved