Kisah Suka Duka Sugiono Jadi Pengrajin Pewter, Diremehkan Hingga Bisa Kuliahkan Anaknya
Timah dan pewter menjadi dua hal yang terlampau ia cintai. Ada kepuasan tersendiri jika karya-karya pewternya selesai dengan apik dan dipuji orang.
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: M Zulkodri
"Ini bapak mau bikin helikopter," seloroh Sugiono memperlihatkan sebuah kerangka yang tampak sangat besar. Membuat penulis yakin bahwa ayah dua anak itu begitu passionate atas profesinya sekarang.
Meski banyak duka yang dirasakan Sugiono diantaranya harus berhutang untuk usahanya. Ia bersyukur bisa menjalani pekerjaan yang ia cintai.
Sugiono pun bisa melanjutkan hidup hingga menguliahkan anaknya di sebuah universitas swasta di Yogyakarta berkat membuat kerajinan pewter.
Hal itu menjadi alasan lain dirinya mampu mempertahankan usahannya yang telah berdiri sejak tahun 2003.
"Dari sinilah Alhamdulillah bisa untuk hidup, makan, bayar utang, bayar gaji (pekerjanya), bayar anak sekolah," ujar Sugiono
Sambil menghisap rokok dan menyambungkan cetakan pewter Kerito Surong tadi, ia lantas mengaku bangga bisa menjadi salah satu pengrajin timah di Pangkalpinang.
"Ya rasanya pasti bangga ape agik (apalagi) kalau dipuji orang 'bagus ok' (bagus ya) gitu," tandasnya.
Sugiono mengaku sebenarnya ada beberapa mesin yang bisa memudahkan pekerjannya dan pengrajin lainnya.
Namun karena tak ada dana lebih ia harus bertahan dan berkarya terus dengan mesin yang ia punya saja.
Semangatnya untuk mencipta lebih banyak karya jauh lebih tinggi daripada apapun yang pernah menghampirinya.
Terbukti, pewter karya Sugiono laku dibeli hingga belasan juta rupiah. Ia bahkan sempat didatangi seorang pria asal Jerman yang hendak membeli oleh-oleh pewter milknya.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20221113-Sugiono-55-pengrajin-Pewter-saat-ditemui-di-workshopnya.jpg)