Berita Bangka Tengah

Detik-detik Pemancing di Bangka Tengah Diterkam Buaya, Diselamatkan Teman tapi Nyawa tak Tertolong

Masyarakat yang beraktivitas di sungai atau di kolong harus lebih waspada karena banyak yang menjadi korban keganasan buaya.

Penulis: Nurhayati CC | Editor: nurhayati
Ist/Polsek Sungaiselan
Petugas puskesmas saat memberikan pertolongan terhadap Saidar (40), korban terkaman buaya di Sungai Celau, Kelurahan Sungaiselan, Kecamatan Sungaiselan, Bangka Tengah, Selasa (10/1/2023) malam. 

Arpani ditemukan ditemukan dalam sudah meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan.

Tangan kanan Arpani telah putus dan ditemukan sejumlah luka diduga akibat gigitan buaya di sekujur tubuhnya.

Arpani ditemukan setelah sempat hilang di sungai sekitar 10 jam.

Ia ditemukan dengan kondisi mengenaskan di dasar sungai.

"Pukul 05.00 WIB dini hari, jasadnya berhasil ditemukan warga yang melakukan pencarian sudah dalam kondisi meninggal dunia dengan luka putus tangan," kata Kapolsek Mendobarat Iptu Defriansyah.

Jasad Arpani kemudian dibawa ke rumahnya untuk disemayamkan dan dikebumikan.

"Korban sudah dikebumikan di TPU setempat tadi bersma anggota melakukan sambang duka ke rumah korban," kata Defriansyah.

Konflik Buaya dan Manusia

Konflik buaya dengan manusia di Provinsi Bangka Belitung (Babel) akhir-akhir semakin mengerikan.

Predator Nama Latin Crocodylus porosus itu tercatat sudah beberapa kali menyerang manusia hingga menyebabkan nyawa melayang.

Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Wilayah Bangka Belitung (Babel), setidaknya 10 kasus konflik antara predator buas buaya dan manusia telah terjadi sepanjang Tahun 2022.

Kepala Resor Konservasi Eksitu Wilayah XVII BKSDA Sumatera Selatan wilayah Bangka Belitung, Ahmad Fadli, Senin (28/11/2022) memastikan, kasus itu terjadi selama kurun waktu Januari hingga November 2022.

Di mana di antara 10 kasus konflik buaya dan manusia terdapat satu korban jiwa, sementara itu yang lain hanya mengalami luka gigitan.

"Konflik buaya dan manusia paling banyak terjadi di akhir tahun ini. Terbaru yang sampai menewaskan satu orang warga itu di daerah Sempan, Kabupaten Bangka," ucap Ahmad Fadli kepada Bangkapos.com Senin (28/11/2022).

Lebih lanjut, kata Fadhli konflik buaya dan manusia paling marak terjadi di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Barat. Korban terkaman buaya itu didominasi kalangan pemancing dan penambang timah.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang mesti dikaji secara ilmiah oleh akademisi atau badan riset terkait tingkah laku buaya yang agresif di saat musim penghujan dan habitat buaya yang mungkin sudah rusak.

"Ini perlu dikaji lagi, apakah musim kawin buaya itu di saat musim penghujan seperti sekarang, sehingga mereka sangat agresif. Dan kedua, habitat buaya muara di Babel ini memang berada di daerah aliran sungai. Apakah konflik buaya dan manusia itu terjadi karena habitat mereka memang sudah sangat rusak, itu perlu kajian lebih lanjut," kata dia.

Oleh karena itu, Fadhli mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di wilayah sungai, karena hampir setiap aliran sungai, potensi menjadi habitat predator buas.

"Sebisa mungkin menghindari daerah habitat buaya yang dapat membahayakan jiwa mereka, mengingat di saat musim penghujan kasus konflik buaya dan manusia sering kali terjadi dan terkadang memakan korban jiwa," sarannya.

Cara Selamatkan Diri di Serangan Buaya

Dikutip dari  Mirror.co.uk jika diserang buaya maka korban bisa menyolok mata buaya untuk membebaskan diri dari terkaman buaya.

Pasalnya mata merupakan bagian yang paling rentan dari tubuh buaya.

Jika diserang buaya cobalah untuk memukul atau menusuk mata dengan apa pun yang dimiliki seperti: dayung, tongkat, atau pisau bahkan tangan.

Selain itu  lubang hidung dan telinga juga bisa diserang secara efektif.

Pukulan keras atau luka pada salah satu area ini dapat menyebabkan hewan melepaskan korbannya.

Buaya memiliki lipatan jaringan di belakang lidah yang menutupi tenggorokan mereka ketika mereka tenggelam dalam air.

Tutup ini mencegah air mengalir ke tenggorokan mereka dan menghentikan buaya dari tenggelam ketika mulutnya terbuka.

Jika lengan atau kaki tersangkut di mulut buaya, mungkin bisa mencungkil katup ini.

Air kemudian akan mengalir ke tenggorokan buaya, dan kemungkinan besar hewan akan membiarkan Anda pergi.

(Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra/Deddy Marjaya/Nurhayati)

Sumber: bangkapos.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved