Tribunners
Semangat Merdeka Belajar Melalui Gerakan Literasi Digital
Era borderless ini menuntut kita untuk menguasai ruang literasi digital. Kondisi di mana tidak ada sekat dan privasi, semuanya bisa diakses kapan pun
Oleh: Dian Antriani, S.Pd.SD. - Kepala SDN 4 Simpang Renggiang
APAKAH yang dimaksud dengan merdeka belajar? Mengapa ada kata "merdeka"? Apa yang dimerdekakan? Secara umum konsep ini mengusung ide tentang pentingnya seorang siswa memiliki ruang yang luas untuk mengolah apa yang ia lihat, ia pahami secara bebas untuk kemudian ia analisis dan ia ekstraksikan menjadi sebuah ilmu.
Topik yang dibahas bisa sama, namun pemahaman setiap siswa bisa jadi berbeda. Di antara perbedaan pemahaman itulah tercipta ruang-ruang untuk berdiskusi, mengkritisi, menyempurnakan, menambahkan.
Sebagai terobosan pertama yang dinilai paling esensial karena berhubungan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, yaitu Asesmen Nasional, Kurikulum Merdeka, Rapor Pendidikan. Selain itu, bantuan pembiayaan pendidikan seperti dana BOS juga turut menjadi perhatian. "Dengan terobosan tersebut, pembelajaran di sekolah sekarang lebih terfokus pada hal-hal yang esensial, yaitu kemampuan literasi, numerasi, dan penguatan karakter sehingga jauh lebih relevan," kata Mendikbudristek.
Menteri Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, bahwa penerapan Kurikulum Merdeka merupakan sebuah tawaran atau opsi. Jadi tidak memaksakan sama sekali kepada sekolah untuk menerapkannya. Namun, ia berharap para pendidik dan kepala sekolah melihat kurikulum ini dari keluasan manfaatnya untuk pemulihan pembelajaran.
"Kami percaya, gurulah yang paling mengerti kebutuhan dan potensi anak didiknya. Oleh karena itu, kami berikan keleluasaan yang jauh lebih besar kepada mereka untuk mengembangkan pembelajaran dengan mengedepankan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Kurikulum Merdeka mengedepankan pembelajaran yang jauh lebih memerdekakan, menyenangkan, mendalam, dan relevan untuk para pelajar," tutur Nadiem.
Saat ini, ekosistem pendidikan di Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan ujian akhir yang menentukan kelulusan murid. Sebab, asesmen nasional sebagai pengganti ujian nasional, yang pada tahun 2020 sudah diikuti oleh lebih dari 6,5 juta murid dan 3 juta guru, berfokus pada perkembangan dan perbaikan capaian belajar serta lingkungan sekolah. "Hasil asesmen nasional bisa diakses di platform rapor pendidikan oleh pemerintah daerah dan sekolah sebagai bahan refleksi dalam menentukan langkah lebih lanjut yang berbasis data," kata Nadiem.
Era borderless ini menuntut kita untuk menguasai ruang literasi digital. Kondisi di mana tidak ada sekat dan privasi, semuanya bisa diakses kapan pun dan di mana pun berada. Pada kondisi ini masyarakat memerlukan merdeka belajar.
Konsep merdeka belajar dimulai dari konsep belajar yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara yang memiliki lima asas yakni di antaranya asas kemerdekaan. Belajar menurut Ki Hajar Dewantara harus dilandasi dengan kemampuan pribadi, sesuai kodrat, tidak bertentangan dengan budaya, toleransi dan menjaga hak-hak orang lain. Konsep berpikir merdeka belajar inilah yang diadopsi oleh Menteri Nadiem Makarim yang mencetuskan Kurikulum Merdeka Belajar.
Dilansir dari situs kemenkopmk.go.id bahwa merdeka belajar adalah dasar berpikir untuk pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran sesuai dengan minat sehingga bisa mengoptimalkan bakatnya. Merdeka belajar menjadi lebih efektif dengan skill literasi digital yang dimiliki oleh pendidik, siswa, dan mahasiswa. Literasi digital adalah kecakapan (life skill) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dam memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.
Dengan kemampuan literasi digital mampu mendukung merdeka belajar. Seseorang akan bijak bermedia sosial, tidak akan mudah men-share hoaks dan paling penting piawai dalam menggunakan situs-situs belajar online dan perangkat teknologi untuk menunjang proses pembelajaran. Diharapkan, manusia Indonesia pada masa akan datang sukses hidup berdampingan dengan teknologi digital, sukses menggunakan dunia digital untuk kebermanfaatan diri sendiri, lingkungan, dan bangsanya.
Tercapai atau tidaknya tujuan literasi digital juga ditentukan oleh kesiapan bahan, baik untuk guru, siswa, maupun bahan untuk pembinaan guru, terutama yang berkaitan bahan pembelajaran. Mengapa perlu memanfaatkan literasi digital di era merdeka belajar saat ini. Semua ini tidak terlepas dari alasan dari ruang lingkup literasi digital sangat luas. Oleh sebab itu, literasi digital ini dapat diaplikasikan di sekolah, keluarga (rumah), maupun masyarakat. Untuk mengakses pembelajaran secara literasi digital juga sangat beragam, mulai dari referensi bacaan yang banyak, juga bisa belajar melalui video-video pembelajaran yang ada di portal-portal pendidikan.
Peserta didik juga bisa membuat konten-konten pembelajaran sendiri sesuai materi pembelajaran yang sekaligus melatih karakter peserta didik seperti berani dan bertanggung jawab, dan masih juga banyak aplikasi-aplikasi menarik sekarang yang bisa dijadikan sebagai ajang membuat konten-konten literasi digital, seperti akun TikTok selama ini kita kenal hanya sebagai ajang goyang dan joget, namun sekarang aplikasi TikTok bisa dijadikan media menyampaikan konten pembelajaran, harus mendapatkan pengarahan dan pendampingan dari guru dan orang tua.
Pasalnya, anak-anak di masa perkembangan masih minim kemampuan literasinya terhadap media sosial dan video daring seperti YouTube. Keluarga merupakan benteng pertama dalam literasi digital, karena anak-anak memerlukan pendampingan orang tua dan mendidik anak-anak agar cerdas dalam mengolah dan menyampaikan informasi sehingga mereka tidak salah dalam menerima dan menyampaikan informasi lewat media sosial.
Jadi mari kita gelorakan semangat merdeka belajar melalui gerakan literasi digital dengan tetap memberikan pengajaran mengenai pentingnya etika dan rambu-rambu dalam berliterasi digital. (*)
| Arsitek Transformasi: Kepemimpinan Transformatif dalam Membangun Ekosistem Digital Bangka Belitung |
|
|---|
| Sindeng dari Bangka Selatan Menasional |
|
|---|
| Mengedukasi Pesantren |
|
|---|
| Ironi SDM Bangka Belitung: Kaya Sumber Daya, Krisis Daya Saing |
|
|---|
| Menjembatani Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Pertambangan Timah di Bangka Belitung |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.