Horizzon

'Pemadam Kebakaran' Itu Bernama Ajrun Karim

PLN mesti memberikan apresiasi kepada Ajrun Karim yang harus diakui telah melakukan hal terbaik saat PLN dalam posisi benar-benar dihujat publik

Editor: suhendri
Bangka Pos
IBNU TAUFIK Jr / Pemred BANGKA POS GROUP 

DUA malam berturut-turut, saya berkesempatan untuk berbincang santai dengan Ajrun Karim, General Manager PLN Bangka Belitung. Mungkin lebih tepatnya bukan bicara santai, namun lebih tepat jika disebut sebagai obrolan dari hati ke hati.

Yang pertama pada Kamis (30/3/2023), saat saya nebeng di kabin depan mobil listrik milik PLN dan Ajrun Karim memegang kemudi. Kala itu, kita bergeser dari acara buka bersama dengan beberapa kawan menuju ke acara lain.

Malam berikutnya, Jumat (31/3/2023), giliran Ajrun Karim yang nebeng saya untuk saya antarkan pulang saat kami bertemu di sebuah acara. Kali ini, giliran Ajrun yang nebeng mobil Bangka Pos dan dia justru meminta stafnya untuk pulang sendiri untuk bisa sekadar berbagi kisah berdua dalam perjalanan pulang ke rumah.

Obrolan di hari Kamis malam saya buka dengan sebuah joke, bahwa PLN kalau sudah normal tak lagi dilirik orang. Berbeda dengan saat mati listrik atau tak beres seperti beberapa waktu sebelumnya, semua orang marah dan bahkan menghujat hingga hujatan yang ngawur.

Ajrun tak banyak menjawab joke-joke saya dan lebih banyak diam, dan saya baru tahu setelahnya jika saat itu, Ajrun tengah dalam posisi galau lantaran dapat kabar bahwa ia harus segera melepas jabatannya sebagai GM PLN Babel gara-gara listrik di Babel mengalami defisit daya akibat terputusnya pasokan daya dari Sumatra.

Memang di Kamis malam itu, Ajrun sempat mengatakan bahwa kemungkinan posisinya sebagai GM PLN Babel akan dievaluasi. Ia mengatakan bahwa ia harus segera meninggalkan Bangka Belitung.

Saya tidak percaya begitu saja dengan apa yang disampaikan Ajrun. Pasalnya, saya tahu apa yang dilakukan Ajrun ketika PLN Babel dihujat oleh hampir semua publik Pulau Bangka akibat terganggunya pasokan listrik.

Saya baru benar-benar percaya bahwa Ajrun Karim benar-benar kehilangan jabatannya sebagai GM PLN Babel saat saya mengantarnya pulang dan dia nebeng mobil Bangka Pos. Dia bercerita banyak tentang keputusan PLN, termasuk dia juga berusaha merasionalisasi sikap saya yang awalnya menunjukkan kekecewaan terhadap keputusan tersebut.

Kita tahu, terganggunya pasokan listrik di Pulau Bangka untuk beberapa waktu lalu bukan lantaran kesalahan operasional atau teknis di Bangka. Terganggunya pasokan listrik di Bangka yang mengakibatkan pemadaman bergilir di awal puasa terjadi lantaran kesalahan atau peristiwa alam yang terjadi di wilayah Sumatera Selatan.

Problem listrik di Bangka terjadi karena robohnya lima tower transmisi dari gardu induk Kenten ke gardu induk Tanjung Api-api, Sumatera Selatan. Kondisi itu tentu di luar kendali dari manajemen PLN di Bangka, meskipun kita juga tahu kita semua di Bangka termasuk PLN juga terlalu over confident dengan kabel laut hingga abai terhadap manajemen krisis terhadap segala kemungkinan yang terjadi.

Kita juga tahu bagaimana kenyataan tersebut PLN bekerja taktis untuk jibaku segera melakukan pekerjaan siang malam tanpa henti untuk segera memperbaiki kendala tersebut agar pasokan listrik ke Bangka kembali normal.

Data yang ada menunjukkan, 264 pekerja dikerahkan untuk membuat tower sementara sekaligus menaikkan kabel untuk menyambung kembali pasokan listrik ke Bangka yang terputus justru di hulunya, yaitu di Sumatra. Lima hari berlalu atau lebih cepat 1-2 hari dari waktu yang ditargetkan, listrik di Bangka kembali menyala.

Dalam upaya recovery teknis tersebut, PLN Babel juga tak tinggal diam, sedikitnya 13 teknisi dari Air Anyir juga dikirim ke Sumatera Selatan untuk membantu upaya pemulihan.

Dan kita tahu, ada tugas berat yang dilakukan Ajrun Karim dan seluruh jajaran PLN Babel. Yang pertama tentunya melakukan pemetaan dan juga mengeliminasi dampak terburuk atas defisit listrik yang terjadi.

Selain itu, Ajrun Karim dan PLN Babel juga harus melakukan hal yang tak mudah, yaitu memadamkan api kemarahan publik Pulau Bangka. Harus diakui, pekerjaan ini adalah pekerjaan terpelik dari PLN. Sebab, ini terkait dengan memadamkan kemarahan banyak orang yang memang selayaknya harus marah.

Sumber: bangkapos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved