Pilpres 2024

Dua Pengamat Beberkan Perbedaan Gaya Komunikasi dan Fokus Isu Ketiga Calon dalam Debat Capres Ketiga

Dua Pengamat Beberkan Perbedaan Gaya Komunikasi dan Fokus Isu Ketiga Calon dalam Debat Capres Ketiga.

|
Penulis: Teddy Malaka CC | Editor: Dedy Qurniawan
Kolase Tribunnews
Calon Presiden dan Wakil Presiden 

BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Debat Ketiga Capres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) berlangsung Minggu Malam (8//1/2024) di Istora Senayan. Debat tersebut mempertemukan Calon Presiden Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo

Adapun tema debat meliputi pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. Dua pengamat memberikan catatanya terkait perbedaan fokus isu dan gaya komunikasi dari masing - masing kandidat.

Pengamat Politik dari FHISIP Universitas Terbuka Insan Praditya Anugrah menyatakan bahwa ketiga paslon sepakat bahwa untuk punya peran global yang signifikan perlu pembenahan internal terlebih dahulu.

Pembenahan internal diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan daya tawar Indonesia dalam pergaulan internasional, namun mereka memiliki perbedaan fokus dalam peningkatan daya tawar.

"Dalam debat ini para paslon pada intinya sepakat bahwa kita baru dapat berperan di ranah global apabila sudah dapat memperbaiki kondisi internal, namun soal fokus isunya ketiga calon memiliki perbedaan fokus. Perbaikan dari sisi internal ini penting karena menentukan daya tawar Indonesia dalam pergaulan internasional", kata insan.

"Anies Baswedan tampak begitu kuat pada ranah diplomasi budaya, climate change,isu-isu keamanan non tradisional dan peran Indonesia dalam merangkul negara-negara Selatan atau Global South. Sayangnya Anies tidak realistis ketika anggaran terbatas namun menjanjikan kenaikan tunjangan yang besar kepada para aparatur negara. Anies juga tidak satu suara dengan cawapresnya Muhaimin Iskandar. Pada satu sisi ia Ingin anggaran pertahanan naik jadi 1-2 persen padahal Muhaimin menyatakan tidak perlu beli senjata pada kondisi damai", kata insan.

"Prabowo Subianto punya ide yang dewasa soal peran geopolitik Indonesia yakni non-blok dan bebas aktif, sedapat mungkin tidak bermusuhan dan masuk blok tertentu namun memiliki peran signifikan dalam perdamaian global," katanya.

Ia mengatakan agar Indonesia memiliki peran signifikan, maka Prabowo menekankan pentingnya nilai tambah melalui hilirisasi industri agar Indonesia punya posisi tawar yang tinggi. Prabowo juga punya kekuatan di pengetahuan soal ketentuan teknis seperti prioritas usia pakai alutista yang masih lama lebih penting ketimbang status bekas atau tidak.

"Sayangnya, Prabowo tidak mengungkapkan data-data secara detail, kemungkinan karena sebagai Menteri Pertahanan, data-data yang terlalu detail memang tidak dapat dibuka untuk publik karena menyangkut pertahanan negara", lanjut insan.

Sementara itu menurut Ihsan, Ganjar dengan narasi populisnya kerap menekankan pentingnya investasi dan pembukaan lapangan pekerjaan, selain itu ia membuka sejumlah data detail soal pertahanan yang kemungkinan diperoleh dari tim di belakangnya.

Namun, sayang sejumlah terminologi yang disebut Ganjar seperti dekolonisasi, duta besar siber,cenderung terbatas pada penyebutan tanpa memahami substansi, kita tahu bahwa serangan siber tidak perlu diplomat namun divisi yang bisa mennangkal.

"Diplomat itu esensinya adalah juru runding antara otoritas negara ke negara sedangkan serangan siber sifatnya hanyalah instrumen teror yang dipakai oleh aktor negara maupun non-negara. Selain itu, Ganjar juga blunder dalam menjawab hubungan negara Selatan-Selatan, dengan jawaban meningkatkan penghasilan Indonesia dari eksploitasi sumber daya alam seperti nikel dan bauksit. Jawaban ini tentunya selain menekankan pada eksploitasi sumber daya alam tanpa nilai tambah, namun juga tidak ada hubungannya dengan kerjasama negara-negara Selatan", pungkas Insan.

Perbedaan Gaya Komunikasi

Pegamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina Erik Ardiyanto mengatakan Anies Baswedan tampil dengan gaya komunikasi agresif dengan fokus pada serangan dan kritik.

"Di awal pembuka secara langsung Anies Baswedan langsung menyerang besaran angaran Kementrian Pertahanan senilai 700 trililun yang menurutnya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sistem pertanahan. Dia juga mengkritik pembelian alutsita bekas dengan sistem tender yang mengunakan orang dalam. Bahkan dia membandingkan banyaknya tentara yang tidak punya rumah dengan besaran lahan ratusan hektar yang dimiliki oleh Prabowo. Lalu, secara agresif ia juga mengkritik program food estate gagal yang dinilainya tidak banyak memberikan manfaat bagi petani. Bahkan, ketika diminta untuk menilai kinerja Kementerian Pertahana dia memberi nilai 11 dari 100", kata Erik.

Erik Ardiyanto
Erik Ardiyanto (Ist)
Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved