Tribunners
Deep Learning: Peluang dan Tantangan Kurikulum di Indonesia
Deep learning dapat diartikan sebagai pendekatan, model, ataupun strategi pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran berbasis projek.
Oleh: Haiyudi, S.Pd., M.Ed. - Dosen Pengembangan Kurikulum, Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung
BANYAK yang masih bertanya-tanya tentang deep learning yang berkali-kali disebutkan dalam beberapa kesempatan oleh Menteri Dikdasmen RI. Tampaknya, hal demikian membuat gusar beberapa pihak, khususnya beberapa guru yang mulai gamang antara menimbang sisi positif dan negatifnya.
Pada kesempatan yang ada, Pak Mu’ti berulang kali menyebutkan "kurikulum ful-ful" yang mengacu kepada mindful, meaningful, dan joyful learning yang merupakan intisari dari karakter pembelajaran yang menggunakan deep learning. Di beberapa negara lain, deep learning bukan suatu barang baru. Beragam kegiatan yang menarik dalam proses pembelajaran sudah mengacu pada garis pembelajaran mendalam, termasuk di beberapa sekolah yang ada di Indonesia.
Deep learning dapat diartikan sebagai pendekatan, model, ataupun strategi pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran berbasis projek. Mungkin sedikit berbeda dengan kegiatan yang ada dalam P5 di mana penekanan yang berfokus lebih dalam aspek afektif. Dalam beberapa penerapannya, deep learning sangat mengedepankan aspek kognitif (tentunya tanpa mengesampingkan aspek afektif dan psikomotor).
Proses pembelajaran yang sama-sama mengedepankan proses atau projek tentunya menjadi pilihan yang tepat di era hari ini. Paradigma baru dalam pembelajaran memang tidak lagi mentransfer ilmu pengetahuan, namun bagaimana pelajar dituntut untuk mengelola ilmu pengetahuan.
Terkait dengan hal tersebut, tentu penerapan kurikulum baru dengan mengedepankan deep learning akan menampilkan dua belah mata pisau, yaitu peluang dan tantangan. Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa pergantian kurikulum dalam satu periode tertentu bukan suatu yang buruk, melainkan sebuah keniscayaan. Analisis kebutuhan dan perkembangan waktu menjadi salah satu alasan. Cukup sudah kita berkutat dengan benda lama. Takut untuk berubah dalam jangka waktu yang panjang hanya akan meninggalkan ketertinggalan dalam sistem pendidikan kita dibandingkan dengan beberapa negara lain. Oleh karena itu, yang hari ini perlu ditekankan adalah bagaimana semua stakeholder memahami peluang dan tantangan yang ada.
Tidak salah jika saat mendengar pendekatan deep learning, otak kebanyakan kita akan langsung diarahkan kepada machine learning. Asal muasal istilah yang kini harus akrab di telinga kita memang sangat erat hubungannya dengan kecerdasan buatan, dengan machine learning. Namun demikian, dalam penerapan dalam kelas, tentu harus dipahami secara sederhana bahwa deep learning ini tidak harus langsung terhubung dengan machine learning. Hal ini yang perlu dipahami dengan baik oleh guru-guru bahkan semua masyarakat pendidik.
Peluang menarik dari penerapan pendekatan deep learning dalam pengajaran di dalam kelas tentu akan fokus pada proses pembelajaran yang menekankan kesadaran pelajar terhadap konsep ilmu pengetahuan. Integrasi mindful, meaningfull, dan joyful diharapkan dapat menjadi kelebihan proses penerapannya.
Selain itu, natif di bidang teknologi dan kecerdasan buatan sepertinya hari ini bukan suatu pilihan melainkan kewajiban. Setidaknya, pelajar hari ini harus dikenalkan dengan bagaimana peran teknologi dalam kehidupan. Salah satu yang harus diajarkan adalah bagaimana teknologi akan memberikan efek atau dampak dalam proses kehidupan di masa yang akan datang. Hal ini merupakan tuntutan zaman yang memang harus disiapkan mulai dari sekarang.
Dalam beberapa kasus, penerapan deep learning dengan mengedepankan serba ful-ful (mindful, meaningful, dan joyful) learning sebagaimana dijelaskan di atas, akan memberikan nilai persaingan terhadap kualitas pelajar untuk bisa bertanding di dunia luar. Contoh menarik yang mulai dirintis sejak beberapa tahun belakangan ini adalah dengan adanya perlombaan STEM dan STEAM di beberapa negara, termasuk sedikitnya diadakan di Indonesia.
Peluang tersebut akan membawa kualitas persaingan pelajar Indonesia menjadi perhatian dunia yang lebih dari sebelumnya. STEM dan STEAM merupakan contoh ringan penerapan pembelajaran yang mengedepankan pendekatan deep ful-ful learning. Ada banyak keuntungan dan peluang yang memungkinkan didapatkan melalui pendekatan ini.
Namun demikian, di balik peluang yang dijelaskan di atas, ada beberapa hal yang harus menjadi pusat perhatian. Proses pengalihan dan pergantian kurikulum baik total maupun sebagian tentu harus menjadi pertimbangan sendiri dalam sistem pendidikan. Kesiapan beberapa aspek harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai telanjur berpindah namun rumah baru belum disiapkan, sedangkan rumah lama kian ditinggalkan.
Setidaknya ada beberapa tantangan yang harus diperhatikan untuk selanjutnya menjadi pertimbangan dalam pergantian ini. Pertama, tantangan yang akan sangat terasa adalah dari proses penganggaran sekolah yang akan membengkak. Hari ini tidak semua sekolah memiliki peralatan dan ruang yang mendukung untuk proses pembelajaran dengan pendekatan mendalam. Sebagai contoh, dalam memfasilitasi pembelajaran yang menekankan proyek atau projek dengan pendekatan teknologi, sekolah setidaknya harus memiliki ruangan yang menjadi pusat praktik.
Katakan saja secara singkat, contoh yang harus ada di dalam sekolah adalah Pojok STEM atau STEAM. Mungkin beberapa negara, termasuk salah satunya adalah Singapura, telah menyiapkan ini dan sudah berjalan sejak lama sekali. Indonesia juga telah melakukan hal serupa namun terbatas hanya di beberapa sekolah. Mayoritas adalah sekolah swasta dengan peralatan yang mendukung. Sisanya hanya mempelajari proyek sederhana dengan peralatan seadanya.
Oleh karena itu, pembiayaan yang muncul akan sangat memberikan efek kejut. Dalam mempersiapkan deep ful-ful learning tersebut penganggaran akan tetap menjadi pertimbangan utama.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.