Tribunners

Pemuda Babel Bergerak untuk Indonesia

Sumpah Pemuda bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi komitmen yang terus hidup dalam setiap langkah nyata.

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Dr. Kartika Sari, M.Pd.I. - Pengawas Madya Kementerian Agama Kota Pangkalpinang 

Oleh: Dr. Kartika Sari, M.Pd.I. -  Pengawas Madya Kementerian Agama Kota Pangkalpinang

SETIAP tahun pada bulan Oktober, bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda sebagai simbol persatuan dan tekad generasi muda dalam membangun negeri. Di berbagai daerah, semangat itu dihidupkan kembali dengan cara yang berbeda-beda, termasuk di Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah kepulauan yang dikenal dengan semboyan Serumpun Sebalai ini memiliki makna mendalam tentang kebersamaan dan persaudaraan.  Nilai itu sesungguhnya sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda yang mengikat generasi muda untuk bersatu demi Indonesia yang lebih baik.

Bangka Belitung memiliki potensi besar dalam kekuatan generasi mudanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, jumlah penduduk usia muda (15–30 tahun) di provinsi ini mencapai sekitar 220 ribu jiwa, atau hampir 20 persen dari total penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa masa depan daerah dan bangsa sesungguhnya ada di tangan mereka.

Di tengah tantangan zaman yang terus berubah, pemuda-pemudi Bangka Belitung memiliki peluang untuk menjadi motor penggerak kemajuan, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, maupun budaya. Namun, potensi besar itu tidak akan berarti jika tidak disertai dengan arah dan semangat yang jelas.

Realitas di lapangan menunjukkan masih banyak persoalan mendasar yang dihadapi generasi muda di Bangka Belitung. Salah satunya adalah meningkatnya pengangguran dan rendahnya minat terhadap dunia kewirausahaan. 

Laporan BPS pada tahun yang sama menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di kalangan pemuda mencapai lebih dari 9 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Banyak anak muda yang setelah lulus sekolah atau kuliah memilih menunggu pekerjaan daripada menciptakan peluang sendiri.

Selain itu, arus urbanisasi membuat sebagian pemuda meninggalkan daerah untuk bekerja di luar provinsi, sehingga pembangunan di daerah berjalan lambat. Kondisi ini diperparah dengan pengaruh media sosial dan budaya instan yang sering kali menurunkan etos kerja dan semangat belajar.

Di sisi lain, masih ada sebagian pemuda yang terjerat masalah sosial seperti penyalahgunaan narkoba, perundungan di dunia maya, dan menurunnya kepedulian terhadap lingkungan. Masalah-masalah tersebut menunjukkan bahwa tantangan generasi muda saat ini bukan lagi tentang penjajahan fisik, melainkan penjajahan nilai dan gaya hidup. 

Ketika semangat gotong royong mulai tergantikan oleh individualisme, dan rasa empati terkikis oleh egoisme digital, maka nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kebersamaan mulai terancam. Padahal Bangka Belitung memiliki kearifan lokal yang sangat kuat, seperti nilai Serumpun Sebalai yang menekankan pentingnya hidup berdampingan, saling membantu, dan menghargai perbedaan.

Membangkitkan kembali semangat pemuda di Bangka Belitung berarti menyalakan kembali api Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian. Jika pada tahun 1928 para pemuda bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan, maka pemuda masa kini harus bersatu untuk memperjuangkan kemajuan dan kemanusiaan. Gerakan nyata harus dimulai dari hal sederhana di sekitar mereka. Di sekolah dan kampus, semangat kolaborasi dapat dikembangkan melalui kegiatan sosial, organisasi, atau proyek kewirausahaan berbasis kearifan lokal.

Di dunia digital, pemuda dapat menjadi pelopor literasi media, menyebarkan konten positif, dan menolak ujaran kebencian yang dapat merusak persatuan. Setiap langkah kecil yang dilakukan dengan kesadaran akan makna persatuan adalah bentuk nyata melanjutkan sumpah yang diikrarkan hampir seabad lalu.

Bangka Belitung dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya alam, terutama timah dan lautnya. Namun, ketergantungan terhadap sektor tambang telah menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang cukup serius. Dalam konteks ini, peran pemuda menjadi sangat penting untuk mendorong transformasi ekonomi menuju arah yang lebih berkelanjutan. Pemuda dapat menjadi agen perubahan dengan mengembangkan ekonomi kreatif, pariwisata berbasis budaya dan alam, serta inovasi digital yang ramah lingkungan. 

Gerakan pemuda desa dan komunitas kreatif di berbagai kabupaten di Babel sudah mulai tumbuh. Mereka membuka usaha kecil, mengelola wisata lokal, hingga memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk daerah. Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa semangat bergerak dan berkontribusi masih menyala.

Pemerintah daerah dan lembaga pendidikan juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan ruang bagi tumbuhnya kepemimpinan muda. Program pelatihan kepemudaan, pembinaan wirausaha muda, dan pemberdayaan komunitas sosial perlu diperluas. Pendekatan berbasis kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat akan membantu memperkuat ekosistem bagi pemuda untuk berkembang.

Di sisi lain, penguatan karakter menjadi hal yang tidak kalah penting. Pendidikan di sekolah dan madrasah perlu menanamkan nilai nasionalisme, moderasi beragama, dan cinta tanah air yang kontekstual dengan kehidupan masa kini. Pemuda yang berkarakter kuat akan mampu menolak segala bentuk disintegrasi dan menjaga semangat kebangsaan.

Sumber: bangkapos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved