Tribunners

Etika Berkomunikasi di Media Sosial pada Generasi Z

Etika komunikasi di media sosial bukan sekadar soal sopan santun atau kesantunan bahasa.

Editor: suhendri
Dokumentasi Tonghari
Tonghari - Penggiat Sosial 

Oleh: Tonghari - Peggiat Sosial

GENERASI Z yang lahir di antara pertengahan 1997-an hingga awal 2012-an adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh bersama internet, media sosial, dan teknologi digital. Mereka akrab dengan platform seperti media sosial gratis yang sedang meningkat penggunaannya merupakan WhatsApp, TikTok, X (Twitter), YouTube, Instagram, dan Facebook.

Enam aplikasi media sosial itu  digunakan dalam keseharian-harian generasi Z sehingga dapat dikatakan terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap media sosial untuk keseharian generasi Z sejak usia dini. Namun, di balik kemahiran teknologinya, muncul pertanyaan besar: apakah generasi Z juga dibekali dengan etika komunikasi yang memadai di dunia maya?

Media sosial kini telah menjadi ruang publik baru, tempat bertemunya berbagai pandangan, ekspresi diri, dan interaksi sosial. Di sinilah tantangan utama muncul: komunikasi di media sosial cenderung impulsif, cepat, dan sering kali tanpa filter. Banyak anggota generasi Z yang menggunakan media sosial sebagai sarana berekspresi, namun belum sepenuhnya memahami batasan etis dalam menyampaikan pendapat atau merespons orang lain.

Etika komunikasi di media sosial bukan sekadar soal sopan santun atau kesantunan bahasa. Ia menyangkut tanggung jawab dalam menyampaikan informasi, empati terhadap lawan bicara, kesadaran akan dampak dari ucapan digital, serta kemampuan untuk menghargai perbedaan tanpa harus menyerang secara personal. Sayangnya, masih banyak yang memaknai kebebasan berekspresi sebagai kebebasan tanpa batas.

Etika digital bukan hanya soal tidak menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian. Ia mencakup kesadaran akan privasi, menghargai karya digital orang lain, memahami batasan dalam berkomunikasi daring, dan mampu memilah informasi secara kritis. Dengan kata lain, etika digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan beradab.

Sayangnya, banyak dari kita masih menganggap perilaku daring sebagai ruang bebas konsekuensi. Komentar negatif yang dilontarkan di media sosial dianggap sepele, meski dapat berdampak besar terhadap mental orang lain. Belum lagi praktik plagiarisme digital, doxing, penyebaran informasi tanpa izin, atau konsumsi konten tanpa literasi.

Di sinilah pentingnya peran pendidikan digital baik di rumah, sekolah, maupun komunitas online. Literasi digital harus dibarengi dengan penanaman nilai-nilai etis. Kita tidak bisa hanya mengajarkan cara menggunakan teknologi, tanpa mengajarkan bagaimana bertanggung jawab dalam menggunakannya.

Generasi Z dan milenial sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan digital yang positif. Mereka kreatif, adaptif, dan melek teknologi. Dengan dorongan yang tepat, mereka bisa menjadi contoh bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk kolaborasi, inovasi, dan pemberdayaan sosial bukan sekadar ajang eksistensi atau konsumsi pasif.

Mendorong etika digital bukan tentang membatasi, melainkan membekali. Karena di tengah kebebasan digital yang luas, justru dibutuhkan kompas moral yang kuat agar generasi muda tidak tersesat di dunia maya.

Tak kalah penting adalah peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk karakter generasi Z. Lingkungan yang suportif dan positif dapat memberikan pengaruh besar dalam pembentukan etika dan produktivitas mereka. Keluarga perlu menjadi contoh yang baik, menunjukkan bagaimana menerapkan nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari serta cara menyikapi tantangan dengan produktif. Masyarakat juga harus menyediakan ruang bagi mereka untuk berkontribusi dan belajar dari pengalaman.

Generasi Z memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang signifikans di masa depan. Namun, hal ini hanya bisa terwujud jika mereka dibekali dengan pemahaman yang kuat tentang etika dan produktivitas. Dengan kemampuan ini, mereka tidak hanya dapat mencapai kesuksesan pribadi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dengan mengembangkan karakter yang kuat, mereka akan siap menghadapi tantangan global yang makin kompleks.

Generasi Z merupakan generasi yang paling familier dengan perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini dikarenakan dengan generasi Z merupakan generasi yang terlahir pada era teknologi dan informasi yang sedang berkembang dengan pesat. Salah satu perkembangan yang terjadi ketika masuknya era digitalisasi merupakan perkembangan penggunaan media sosial.

Sebagai saran yang dapat diberi untuk generasi Z adalah agar dapat mencari lebih dalam terhadap hukum yang melindungi hak masyarakat terhadap penggunaan media sosial. Tak hanya itu, penulis juga berharap bahwa generasi Z dapat menggunakan bahasa Indonesia secara seutuhnya bila sedang berbicara dengan lawan bicara
melalui media sosial. Sejalan dengan perkembangan zaman, mari kita bangun masa depan yang lebih cerah bersama generasi Z. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved