Resonansi
Ekonomi Biru
Bappenas telah meluncurukan peta jalur ekonomi biru Indonesia di Belitung, sejak awal 2023.
Penulis: Ade Mayasanto | Editor: Fitriadi
Ade Mayasanto, S.Pd., M.M.
Editor in Chief Bangka Pos/Pos Belitung
Tiada riuh suara mesin kapal timah. Tiada juga suara percikan air di kolom bioflok. Senyap, tanpa suara saat berada sendiri di ruang lantai dua sebuah gedung di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Padahal, satu jam sebelumnya ruang itu seolah pecah. Ada banyak kata. Berkelindang, seolah saling beradupukul demi memaknai sebuah kalimat pendek. Ekonomi biru Bangka Belitung.
Kalimat ekonomi biru Bangka Belitung. Ah, bukan juga barang baru. Bappenas telah meluncurukan peta jalur ekonomi biru Indonesia di Belitung, sejak awal 2023. Saat itu Bappenas meluncurkan Bersama Forum Ekonomi Biru ASEAN.
Dua tahun berselang, Bappenas juga mengeluarkan petunjuk teknis pendoman indikator ekonomi biru pada 2025.
Disebutkan, Indeks Ekonomi Biru Indonesia (IBEI) hadir sebagai sebuah kerangka kerja yang kuat dan komprehensif.
Melalui definisi yang jelas, struktur pilar yang seimbang, dan metodologi perhitungan yang objektif, IBEI disebut-sebut mampu memberikan gambaran utuh mengenai kondisi ekonomi biru di Indonesia.
Ya, paling tidak indeks ini bukan sekadar angka, melainkan sebuah alat diagnostik yang dapat membantu pemerintah daerah dan nasional mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, serta area prioritas untuk mengintervensi kebijakan.
IBEI diharapkan dapat memandu Indonesia menuju pengelolaan sumber daya laut yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga adil secara sosial dan lestari secara lingkungan.
Apalagi, ada empat pilar dalam ekonomi biru Indonesia, yakni pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan. Empat pilar tersebut kemudian diturunkan lagi menjadi beragam subpilar. Dari subpilar kemudian dijelaskan lagi menjadi beberapa indikator, yang dirincikan lagi dalam data pembentuk indikator.
Contoh saja, pilar ekonomi disusun atas empat sub-pilar utama. Pertama, perikanan tangkap dan Budidaya. Kedua, perdagangan, transportasi, dan logistik. Ketiga, industri berbasis kelautan. Dan Keempat, pariwisata berbasis bahari.
Setiap sub-pilar diukur melalui serangkaian indikator spesifik yang secara kolektif membentuk skor akhir untuk pilar ini.
Indikator dalam sub-pilar ini dirancang untuk mengukur skala dan produktivitas sektor, seperti volume produksi total, kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), serta volume spesifik dari komoditas unggulan seperti budidaya tambak dan rumput laut.
Mau lebih rinci lagi? Menurut Bappenas, pilar ekonomi mengukur kontribusi sektor kelautan terhadap perekonomian regional melalui subpilar seperti perikanan tangkap dan budidaya, akivitas perdagangan dan transportasi maritim, industry pengolahan hasil laut, dan pariwisata bahari.
Sementara pilar sosial berfokus pada dimensi inklusivitas dengan mengukur sejauh mana sektor kelautan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/Ade-Mayasanto.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.