Berita Bangka Selatan

Risiko ISPA Meningkat saat Musim Hujan, Pemkab Bangka Selatan Minta Masyarakat Waspada

Slamet Wahidin mengatakan bahwa perubahan cuaca ekstrem tahun ini memperbesar risiko peningkatan kasus ISPA dibandingkan bulan-bulan biasa

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Hendra
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Memasuki puncak musim penghujan, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung kembali dihadapkan pada ancaman meningkatnya kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Fenomena ini bukan sekadar pola tahunan, tetapi situasi yang menuntut kewaspadaan penuh dari masyarakat. Terutama bagi kelompok anak, yang menjadi paling rentan terpapar ISPA ketika musim penghujan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan bahwa perubahan cuaca ekstrem tahun ini memperbesar risiko peningkatan kasus ISPA dibandingkan bulan-bulan biasanya.

Iklim dengan kelembapan tinggi dan curah hujan yang intens membuat virus dan bakteri berkembang biak lebih cepat. Sehingga bisa mempengaruhi kesehatan masyarakat.

“Melihat faktor cuaca ekstrem saat ini dan memasuki musim penghujan biasanya risiko peningkatan kasus ISPA akan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan biasanya,” kata dia kepada Bangkapos.com, Senin (17/11/2025).

Meski ISPA dapat menyerang siapa saja, Slamet Wahidin menekankan bahwa anak-anak menjadi kelompok terbanyak yang terpapar. Sistem imun yang masih berkembang membuat anak lebih mudah terserang infeksi. Khususnya ketika lingkungan sekitar mendukung penyebaran virus. 

Kondisi ini membuat fasilitas pelayanan kesehatan di sejumlah wilayah di Kabupaten Bangka Selatan harus tetap waspada. Terutama di Puskesmas dengan beban pasien besar dalam menghadapi kemungkinan peningkatan kunjungan pasien balita yang mengalami gejala pernapasan. 

Walaupun ISPA bukan penyakit musiman, faktor risiko memang berbeda antara musim panas dan musim penghujan. Ketika musim kemarau atau panas berkepanjangan, polusi dan debu sering menjadi faktor dominan yang memicu ISPA.

Namun pada musim penghujan seperti saat ini, penyebab utamanya adalah infeksi virus dan bakteri yang menyukai kondisi lembap. Ditambah kecenderungan daya tahan tubuh masyarakat yang menurun.

“Ketika musim penghujan daya tahan tubuh seseorang akan cenderung lebih rendah. Sementara tingkat perkembangbiakan virus dan bakteri lebih tinggi,” jelas Slamet Wahidin.

Adapun hingga Minggu ke-45 tahun 2025 total kasus ISPA mencapai 5.458 kasus. Angka ini menunjukkan tingginya sirkulasi penyakit pernapasan di tengah masyarakat. Dari delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Toboali menjadi wilayah dengan angka laporan tertinggi.

Selain mencakup wilayah penduduk terbanyak di Bangka Selatan, Toboali juga memiliki tingkat mobilitas masyarakat yang relatif tinggi, sehingga potensi penularan lebih besar.

Data tersebut menjadi indikator penting bagi pemerintah daerah untuk memperkuat layanan kesehatan primer. Dalam pemeriksaan awal, edukasi kesehatan, serta penanganan gejala pada anak.

Pemerintah daerah terus memantau perkembangan kasus setiap pekan dan menyiapkan strategi penanganan di level puskesmas. Meski situasi masih terkendali, kesiapsiagaan tetap diperlukan.

“Mengingat intensitas hujan masih diprediksi berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” ujarnya.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved