Percakapan Terakhir Arjuna Sebelum Tewas Dianiaya Sempat Pamit ke Adik, Janji Pulang Tahun Depan

Cahaya mengenang sosok Arjuna sebagai pribadi yang tangguh, penyayang, dan sedikit usil, namun selalu punya cara membuat keluarganya tertawa.

Facebok/Anita/Instagram @momen_indonesia
ARJUNA -Malangnya nasib Arjuna Tamaraya seorang pemuda di Sibolga, Sumatra Utara. 

“Saya adik kandung dari ayah korban. Begitu tahu dari Facebook, saya langsung pastikan kabar itu. Jenazah sudah kami semayamkan di Sibolga hari Sabtu kemarin.

 Keluarga di Simeulue nggak sempat datang, jadi kami di sini yang mengurus semuanya,” ujarnya saat dihubungi Serambi dari Banda Aceh, Senin (3/11/2025).

Kausar kemudian bercerita, sekitar seminggu sebelum peristiwa pengeroyokan, Arjuna sempat menghubunginya melalui aplikasi Messenger. Saat itu, Arjuna menyampaikan niatnya untuk segera berangkat melaut seperti biasa.

Usai kembali dari laut, Kausar sempat menghubungi adik Arjuna, Cahaya, yang berada di Banda Aceh.

Dari sanalah ia mendapat kabar bahwa Arjuna memang sudah berangkat melaut beberapa hari sebelumnya. Namun, hanya tiga hari berselang, ia justru mendapat kabar memilukan lewat media sosial: Arjuna menjadi korban pengeroyokan di Masjid Agung Sibolga.

“Dia memang sudah lama di Sibolga. Baru saja pulang melaut dua bulan, lalu rencananya mau berangkat lagi Sabtu pagi itu,” kenang Kausar.

Biasanya, kata Kausar, jika Arjuna tahu pamannya sudah kembali dari laut, ia selalu menyempatkan diri untuk datang bersilaturahmi lebih dulu. Namun kali ini berbeda.

Arjuna tampaknya belum tahu pamannya sudah pulang, dan memutuskan beristirahat sejenak di Masjid Agung Sibolga sambil menunggu jadwal kapal keberangkatan berikutnya.

“Dia cuma istirahat di masjid, nggak tahu kalau saya sudah balik. Niatnya cuma menunggu kapal berangkat,” tutur Kausar lirih.

Berdasarkan informasi yang diterima Kausar, peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Sabtu (1/11/2025) dini hari.

 Arjuna dikeroyok hingga tewas di tempat yang seharusnya menjadi rumah ibadah.

Kausar bersama keluarga kini hanya berharap keadilan ditegakkan bagi almarhum.

“Kami minta pelaku dihukum seberat-beratnya. Kalau bisa hukuman mati,” tegasnya.
“Kemarin kami juga sudah ke Polres menanyakan perkembangan kasus ini. Polisi bilang, kasusnya sudah ditangani dan laporan sudah dibuat.”

Bagi keluarga, Arjuna bukan hanya korban kekerasan, tapi korban fitnah dan kezaliman.

Ia pergi meninggalkan luka mendalam, namun kisahnya menjadi pengingat keras bagi masyarakat bahwa satu fitnah bisa merenggut satu nyawa yang tak bersalah.

(Bangkapos.com/Tribun Sumsel/Tribun Medan)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved