Berita Belitung

Wawancara Eksklusif: Pj Bupati Yuspian Menjawab Tantangan dan Tugas Mengawal Belitung

Sebagai putra daerah, Yuspian memulai karir sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Belitung dan menjadi pejabat eselon II di Belitung Timur.

Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: khamelia
Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
Penjabat Bupati Belitung Yuspian saat berbincang dengan host Dialog Ruang Kita Pos Belitung Disa Aryandi, Rabu (17/1/2023). 

T: Apakah ada membentuk tim khusus dalam mengendalikan inflasi? 

J: Di daerah sudah ada tim pengendali inflasi daerah cuman strategi yang diubah atau disempurnakan. Biasanya yang dilakukan operasi pasar, cuman kurang optimal dan kurang efektif karena hanya di hari itu saja. Operasi pasar bisa dilakukan tetapi tidak bisa dijadikan andalan. Kuncinya menjadikan masyarakat menjadi pembeli cerdas dan bijak. 

Akan coba transparansi harga untuk sekitar 32 komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat yang paling berpengaruh terhadap inflasi, itu akan coba display setiap hari, akan dikelola oleh dinas KUMKM, perdagangan, dan tenaga kerja, Diskominfo, beserta dinas ketahanan pangan dan pertanian dan Jadi tiga dinas inti akan coba didorong menjalankan program ini.

T: Bagaimana terhadap harga tiket pesawat yang menjadi penyumbang inflasi? Sedangkan diketahui bahwa yang menentukan harga tiket ini bukan pemerintah. 

J: Harga tiket pesawat, tetap ada strategi, Kalau ada persaingan usaha kalau tidak ada monopoli biasanya lebih sehat. Kemarin membuktikan ketika ada harga penyeimbang, maka terjadi keseimbangan harga. Ketika ada rekan yang menginisiasi carter pesawat Jakarta-Belitung penerbangan malam hari. Begitu muncul Citilink harga tertentu, langsung penerbangan reguler menyesuaikan. Sempat diangka Rp450 ribu harga tiket Belitung-Jakarta, artinya begitu ada intervensi seperti itu terjadi keseimbangan harga. Kita mungkin hal seperti itu akan kita perbanyak.

Yang terbaik sebenarnya menambah frekuensi penerbangan sehingga volume penerbangan lebih besar jumlahnya maupun kualitasnya. Kata orang pesawat sedikit karena tidak ada demand, tidak ada demand karena tidak ada pergerakan orang untuk ke Pulau Belitung karena tidak ada kegiatan yang bisa dinikmati, artinya harus membuat atraksi pariwisata yang menarik. Itu sudah kita lakukan, Mudah-mudahan rencana ini sudah kami rumuskan, bukan lagi wacana tapi sudah perencanaan. Saya dapat laporan okupansi hotel di bawah 30 persen bahkan rata-rata di 27 persen, bahkan di tahun baru occupancy rate 15 persen. Kebayang kalau nomboknya dua tahun, bisa-bisa tutup hotel.

Untuk melakukan itu, kita mencari momentum mengembalikan situasi di momen yang tepat, ketemunya Maret-April. Saat itu ada momen reguler ada sembahyang kubur bagi etnis Tionghoa, kemudian momentum puasa dan Idulfitri. Ini sudah kami formulakan dalam satu kegiatan Tionghoa-Belitong International Festival.

Nanti kite kemas dari berbagai macam tema, akan ada tradisi budaya, tema kuliner, ada fashion, muda-mudi, dan tema kebhinekaan, ditambah literasi dan sastra. Sudah komunikasi ke lembaga adat, komunitas Tionghoa, kita sudah rumuskan panitianya.

Kalau perkiraan kami ada 11 ribu makam masyarakat etnis Tionghoa di Pulau Belitung. Bayangkan 11 ribu didatangi keluarga berziarah, misal hitung lima orang saja, sudah 55 ribu orang. Kami memprediksi minimum akan kedatangan 5 ribu tamu secara alami.

Ditambah ada fenomena yang akan mudik. Artinya saat ada kebutuhan seperti itu, harus ada penambahan penerbangan, momen itu akan digunakan memetakan kembali potensi optimal sebagai daerah wisata. Kami sudah membicarakan ke pihak hotel, daya tampung cuma 1.600 kamar, bagaimana caranya lebih banyak tertampung, mungkin dari pihak hotel bisa melakukan strategi kamar itu dijadikan family room ada paket spesial sembahyang kubur atau Festival Chinese Belitung sehingga daya tampung kamar bisa lebih besar dan keluarga bisa kumpul dalam satu kamar. Ditambah homestay yang dapat dikembangkan.

Strategi transportasi, mobil rentalnya, itu sudah terjadi sepanjang tahun. Ide besarnya ingin jadi tuan rumah yang baik bagi yang sembahyang kubur. Ditambah kegiatan atraktif yang membuat mereka betah dengan atraksi budaya, tentunya bukan berarti seluruh kegiatan nuansa Tionghoa tapi ada perpaduan, ada tema asimilasi dan toleransi.  

T: Apakah ada upaya untuk menambah jumlah penerbangan dengan berkoordinasi dengan kementerian? 

J: Sebenarnya saat bisa menimbulkan demand, itu akan secara otomatis. Jumat kami akan sounding rencana ini mulai dari Kementerian Pariwisata. Orang bilang, mau nambah penerbangan, orang mau ngapain ke sana, harus ada tujuan, demand harus dimunculkan dulu, ada atraksi menarik, ada event dan momen, itu yang akan coba kita matangkan. 

Selama satu bulan itu akan terjadi pergerakan orang ke Belitung akan secara masif. Akan berkelanjutan, lalu ada fenomena lain saat sembahyang kubur, Tionghoa ada suku Khek dan Hokkien, mereka berbeda penanggalan dalam tradisi sembahyang kubur.

Sehingga ada kekhasan karena ada yang lebih dulu, ada yang belakangan. Semuanya kita petakan, nanti akan ada kegiatan apa saja, lokasinya dimana saja, termasuk bagaimana membuat kegiatan.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved