Wawancara Eksklusif
Simalakama Timah di Bangka Belitung, Cadangan Terbesar Dunia Tapi Bukan Produsen
Indonesia masih menjadi negara yang memiliki cadangan timah terbesar di dunia. Sayangnya Indonesia bukan negara produsen seperti China.
Penulis: Arya Bima Mahendra | Editor: M Ismunadi
J: Sebenarnya, cadangan terbesar di dunia itu masih di Indonesia. Karena yang lain itu sebenarnya lebih susah nambang. Memang terakhir ditemukan tahun lalu di Peru, mereka lebih murah walaupun mereka primer. Di kita ini, sudah lebih gampang nambangnya, dengan alat sederhana pun sudah bisa ngambil timahnya.
Cadangan itu sebenarnya hubungannya dengan keekonomian. Kenapa dia disebut dengan cadangan, karena bisa diambil dan masih layak secara ekonomi. Secara teknis dia sederhana, secara ekonomi masih bisa masuk, makanya dia dikatakan sebagai cadangan. Kalau tidak ekonomis, dia dikategorikan sebagai sumber daya.
Jadi, dengan effort yang tidak besar, kita bisa produksi timah menjadi ekonomis. Misalnya, biasa produksi 50, kita jualnya masih dapat 100. Teknologi sederhana, keekonomiannya sederhana, investasi sederhana, kita masih bisa produksi, walaupun kecil tapi masih bisa secara ekonomis menguntungkan.
T: Ada yang bilang biaya produksi untuk mendapatkan timah itu besar sekali. Karena itu kemudian timah dianggap hanya milik para pemilik duit. Apakah anak muda sekarang tidak bisa bermain dengan timah?
J: Kalau kita hubungkan dengan kreativitas, sama seperti bagaimana kita mencoba membandingkan dengan produsen-produsen yang lain. Makanya kalau ada orang memproduksi timah lebih murah, kita lihat bagaimana prosesnya dan kita lakukan ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) sesuai dengan kebutuhan di lingkungan kita.
Saya berkecimpung di timah ini udah sekitar 25 tahun, terakhir ini banyak sekali perubahan-perubahan, baik itu pencitraan tentang bagaimana menemukan sumber daya atau menemukan cadangan dan bagaimana alatnya sendiri itu pun berkembang.
Kalau dulu, kebayang kapal keruk PT Timah itu lebih kurang seluas seperempat lapangan bola dengan lebar sekitar 18 meter dan panjangnya bisa 120 meter. Alat yang besar itu kan punya keterbatasan, tidak mudah, tidak lincah. Dan begitu dapat cadangan yang kecil-kecil, memobilisasi alat ini butuh effort yang lebih.
Hari ini kita ada teknologi, istilahnya Kapal Ipal Produksi (KIP). Sebenarnya itu kapal keruk juga, tapi metode penggaliannya dan metode bentuknya berbeda karena ini ukurannya lebih kecil. Dan dia lebih lincah punya penggerak sendiri dan bisa bekerja lebih cepat.
T: Terakhir, apakah yang ingin Anda sampaikan sebagai closing statmen?
J: Sekali lagi, kalau kita melihat dari sudut pandang bahwa timah ini menjadi modal dasar, timah ini menjadi sumber daya penggerak sektor yang lain. Jadi melihat timah ini sebagai suatu potensi, bukan sebagai suatu masalah, terutama bisa melihat dari berbagai sisi.
Ayo kita manfaatkan ini sebagai sektor penggerak sektor yang lain atau sebagai sebagai pelopor untuk menggerakkan sektor yang lain, ini akan berbeda. Hari ini seolah-olah timah itu berdiri sendiri, dan kita tidak pernah mendapatkan pemanfaatan nilai yang optimal dari kekayaan sumber daya alam yang kita miliki.
Kalau ada sektor yang lain yang melihat ini sebagai potensi penggerak yang luar biasa dan harus kita siapkan second layer, mungkin third layer nya, ini akan mengakselerasi pergerakan ekonomi di kawasan Bangka Belitung dan nasional tentunya. Inilah bagaimana kita sekali lagi memanfaatkan kekayaan sumber daya alam, karunia Tuhan ini secara bijak agar bisa menggerakkan sektor lain dan pasti akan berakhir. Karena sumber daya ini tidak terbarukan, ini yang harus kita bijaksana bagaimana kita manfaatkan ini sebagai sektor penggerak awal.
Kalau ini difungsikan sebagai penggerak awal, kita harus siapkan sektor-sektor selanjutnya. Ini yang harus kita lakukan di pemanfaatan sumber daya alam ini secara bijaksana. Mari kita berkolaborasi untuk memberikan nilai yang optimal dari kekayaan sumber daya alam untuk pembangunan nasional, baik di Kepulauan Babel, maupun secara bangsa Indonesia.
Kita hari ini sebagai pengekspor terbesar (timah), tapi kita tidak mendapatkan manfaat yang optimal dari kekayaan sumber daya alam ini, buat daerah maupun buat pembangunan nasional. (Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra)
Wawancara Eksklusif Bersama Ketua Apindo Babel, Rekomendasi Kenaikan Awal UMP Hanya Rp34 Ribu? |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif Bersama Suhendra Sultan Al Alif, Anggota DPRD Bangka Tengah 2024-2029 Termuda |
![]() |
---|
Supriyani Guru Honor di Sultra Beber Kronologi Uang Damai Untuk Tutup Laporan Kasus Aniaya Muridnya |
![]() |
---|
Ipda Rudy Soik Blak-blakan Bongkar Kasus Mafia BBM Hingga Dipecat dari Polda NTT |
![]() |
---|
Blak-blakan WPR di Bangka Belitung, Algafry Berdoa Prosesnya Dimudahkan Karena Timah Masih Idola |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.