Tribunners
Mereka yang Menyalakan Obor Literasi Junjung Besaoh
Mereka menghidupi literasi. Menyalakan obor literasi di Negeri Junjung Besaoh dengan segala dinamika yang dialami.
Oleh: Rusmin Sopian - Penulis yang Tinggal di Toboali
"AKTIVITAS LITERASI Bangka Selatan, memang TOP...sampai saat ini. Setidaknya dalam info yang amat frekuentif tampil di layar HP ku. Aktivitas yang akan bisa mengimbangi ada di PKP, oleh Kantor Bahasa & Perpustakaan Kota Pkp (yang jarang diekspose)". Demikian komentar budayawan Bangka Belitung Willy Siswanto di grup percakapan WhatsApp Rembug Budaya Babel, Jumat (24/10/2025) siang lalu.
Kemajuan dunia literasi Bangka Selatan tak lepas dari dukungan dari tokoh-tokoh literasi Bangka Selatan (Basel) dan para kepala sekolah, tenaga pendidik baik tingkat SD, SMP maupun SMA sangat bagus. Di SMAN 1 Toboali, ada Yudi Saprianto yang semenjak menakhodai SMAN 1 Simpang Rimba sangat antusias mendukung gerakan literasi sehingga melahirkan penulis muda Putri Rachmawati. Di SMAN tertua di Bangka Selatan itu, tradisi peluncuran buku karya para pelajar sekolah sudah menjadi tradisi tahunan, selain buku dari tenaga pendidiknya.
Demikian pula dengan di SMAN 1 Payung, ada Sumardoni, kepsek yang sangat mensupport kegiatan literasi di sekolahnya. Tahun lalu, di hari jadi SMAN 1 Payung, diluncurkan buku karya siswa dan para warga sekolah. Beberapa waktu lalu, SMAN 1 Payung menggelar bedah buku karya gurunya Dewi Sekar Sari yang berjudul Istighfarku adalah Cintaku.
Demikian pula dengan Sutiono, Kepsek SMKN 1 Tukak Sadai hingga Kepsek SMAN 1 Pulau Besar, Harta Lubis, dan Kepsek SMAN 3 Toboali, Elya Rosda, yang mendukung gerakan literasi di satuan pendidikan yang mereka nakhodai.
SMA Muhammadiyah Toboali Bangka Selatan adalah salah satu sekolah menengah atas yang kerap menggelar kegiatan literasi. Suyanto, penulis dan tokoh literasi dari Jawa Timur, pernah merasakan getaran literasi di SMA Muhammadiyah Toboali beberapa waktu lalu. Tidak terkecuali SMA NU Toboali.
Di level SMPN, ada Asril yang semenjak 2016/2017 sangat aktif mendukung gerakan literasi. Di tangan Asril, lahir penulis buku pelajar SMP Musda Quratul Aini dan penulis buku cerita berbahasa daerah.
Ada Kepsek SMPN 2 Tukak Sadai, Iswanto.
Sementara dukungan dari para tenaga pendidik di Bangka Selatan untuk pemajuan gerakan literasi sangat banyak. Mulai dari Ahmad Gusairi, Era, Yenny di SMAN 1 Toboali. Ada pula Agustian Deny Ardiansyah di SMPN 2 Tukak Sadai. Lalu ada Tri Prasetyo di SMAN 3 Toboali. Ada Husna, guru SDN Tukak Sadai. Ada Ummi Sulis. Ada Rapi Pradipta. Ada Rudiyanto. Ada Affan Thoriq di SMA Muhammadiyah Toboali bersama Kepsek Supiandi dan Supratman.
Demikian pula dukungan dari tokoh-tokoh literasi Basel, seperti Datuk Kulul, Pamong Budaya Dwikki Ogi Dhaswara hingga Ketua PWI Bangka Selatan Dedy Irawan yang melahirkan penulis buku Khoiriyah Apriza saat masih di bangku SMAN 1 Air Gegas.
Ketua PWI Bangka Selatan ini dikenal sebagai bidan pelahir penulis-penulis muda hingga membuka ruang sastra di media massa yang dinakhodainya. Tidak heran bila tiap pekan selalu hadir karya para penulis muda yang mengirimkan karyanya ke media yang dipimpinnya.
Para penggiat literasi Bangka Selatan ini saling bahu-membahu membangun kebermajuan gerakan literasi di Bangka Selatan. Mereka menghidupi literasi. Menyalakan obor literasi di Negeri Junjung Besaoh dengan segala dinamika yang dialami. Bukan mencari panggung, tetapi memberikan panggung untuk para penulis muda berkreasi dan berkarya sehingga dunia kepenulisan daerah ini sejajar dengan daerah lainnya di Nusantara.
"Kalau bukan kite, sape agik " adalah narasi yang menjadi kekuatan bagi mereka , para penggiat literasi Bangka Selatan untuk men-support kegiatan yang tidak populer dan nirlaba ini.
Tentunya ada dukungan dari tokoh literasi nasional seperti Gol A Gong dan Mas Harry Tjahjono yang ikut men-support gerakan literasi di Toboali Bangka Selatan. Alhamdulillah, Kang Gol A Gong Duta Baca Indonesia, kalau ke Bangka, pasti berkunjung ke Toboali walaupun tidak punya agenda kegiatan. Pendiri Komunitas Rumah Dunia Serang ini pasti bikin kegiatan literasi dadakan dan nirlaba. Berbagi, berdiskusi dan memberikan support serta dukungan untuk para penulis Bangka Selatan.
Mareka semua adalah bagian penting dari kebermajuan gerakan literasi Bangka Selatan. Bekerja dengan ikhlas penuh pengabdian untuk kemajuan Gerakan Literasi Bangka Selatan.
Tuntutan moral dan tanggung jawab sosial sebagai warga daerah untuk ikut menggelorakan gerakan literasi kepada generasi muda, pewaris masa depan bangsa untuk mencintai literasi menjadi tekad untuk terus mengembangkan budaya literasi ke pelosok jiwa warga Bangka Selatan.
Kalau para tokoh literasi dan penggiat literasi Indonesia tahu akar geliat literasi di Toboali Bangka Selatan, penulis meyakini bahwa mareka akan memberikan acungan 10 jempol, mulai dari jempol kaki hingga tangan. Bahkan kalau perlu meminjam kaki dan jempol orang lain untuk memberikan acungan jempol kepada dunia literasi Bangka Selatan.
Salam literasi dari Toboali Bangka Selatan. (*)
| Mengajar dan Mendidik: Dua Hal yang Tidak Sama |
|
|---|
| Memaknai Ulang Sumpah Pemuda: Mewujudkan Inklusivitas Kebijakan Publik Berbasis Pemuda |
|
|---|
| Revisi UU Kepemudaan dan Tantangan Generasi Produktif |
|
|---|
| Pemuda Babel Bergerak untuk Indonesia |
|
|---|
| Guru Dalam Disrupsi Moral Digital dan Tergerusnya Otoritas Pendidikan Oleh Budaya Media Sosial |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.