Bangka Pos Hari Ini

Pekerja Meja Goyang Cuek Radiasi Timah, Tino Merasa Tetap Sehat Setelah 7 Tahun Kerja

Tino tahu pasir timah yang diolahnya di meja goyang memancarkan radiasi yang mungkin mempengaruhi kesehatannya.

Editor: M Ismunadi
Bangkapos.com
Bangka Pos Cetak Edisi Hari Ini, Selasa (12/9/2023). 

Kelenjar getah bening

Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eka Jatnika mengakui penelitian yang dilakukan pihaknya pada tahun 2019. 

Katanya, kelanjutan penelitian soal paparan radiasi dari mineral timah itu terhenti saat Covid-19 melanda Indonesia.

"Untuk pasir timah itu ada dua dampak radiasi seperti radiasi eksternal dan internal. Kalau eksternal itu radiation itu bisa dari Mineral Radioaktif yang ada di timah dan olahannya seperti uranium, thorium dan kalium serta ang paking dominan adalah thorium dan uranium, nah untuk internal ada radon dan toron," kata Eka Jatnika kepada Bangkapos.com, Jumat (8/9/2023).

"Radiasi eksternal bisa menyebabkan kelenjar getah bening, sedangkan radiasi internal gas radon dan toron terhirup oleh pekerja tambang karena gas aktif, dia akan langsung ke paru-paru yang menyebabkan penyakit pernapasan dan bisa menjadi penyakit paru-paru kalau itu tinggi," sambungnya.

Diakuinya, memang dampak kedua radiasi dari pasir timah sangat berbahaya atau menjadi kekhawatiran bagi para pekerja pasir timah maupun masyarakat yang dekat dengan aktivitas pertambangan.

"Iya, yang paling utama itu paparan yang terjadi akibat dari kedua radiasinya memang. Jadi, misalkan ada kasus terkena penyakit ISPA akibat dari gas radon dan toron dapat juga membentuk atau bersamaan dengan vartikulat seperti TN 2,5 atau TN 10, yang tadinya tidak bersifat aktif menjadi aktif," jelas Eka.

Baca juga: Bisnis Seksi Si Meja Goyang di Belitung Timur, Dosen: Mengurai Soal Tambang Tak Bisa dari Satu Aspek

Diungkapkan Eka, efek dari kedua radiasi yang timbul dari pasir timah itu sering terjadi bermacam-macam dengan jumlah yang cukup besar dan berdampak luas bagi semua orang.

"Memang berbeda-beda tergantung besar radiasinnya, untuk pasir timah sendiri lumayan besar baik radiasi eksternal maupun internalnya dan ini sedang kami kaji agar bisa diedukasi kepada seluruh masyarakat yang dekat dengan aktivitas pertambangan," ungkapnya.

Lebih lanjut Eka menyebutkan BRIN sendiri sejak tahun 2019 hingga sekarang, sedang melakukan beberapa penelitian langsung di Provinsi Babel tentang radiasi.

"Pertama 2019 kita lakukan penelitian di Babel, ditahun itu kita petakan tentang lingkungan dahulu dan radiasinya sudah kita sudah publiks epapernya kemarin. Kita sudah petakan, kemudian kita ukur juga radio aktivitas yang ada disetiap tingkatan kerjaan timah," sebut Eka.

"Apalagi dalam pengerjaan pasir timah ada tingkatanya, mulai dari raul materialnya sampai ke semelternya itu kita juga ukur tingkat radio aktivitasnya hingga by produk kita masih ukur," ujarnya.

Menurut dirinya, sampai saat ini pihakya masih dalam penelitian berapa kadar atau radio aktivitas di lingkungan pertambangan dan termasuk ada masyarakat hingga perusahaan-perusahaan pertambangan.

"Untuk saat ini kami masih melakukan pengukuran, selanjutnya kami akan melakukan kajian efek dari radiasi untuk pekerja tambang, masyarakat dan juga perusahaan pertambangan," terang Eka.

Tiga daerah berbahaya

Sumber: bangkapos
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved