Tribunners

Sosio-Kultural pada Tradisi Baume sebagai Penguatan Karakter Murid dalam Implementasi P5

Dalam tradisi ba-ume, masyarakat tidak bekerja sendiri, tetapi bekerja bersama.

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Adi Kusumardi, S.T. - Guru SMKN 1 Muntok 

Penguatan karakter murid dalam implementasi P5

Diaktualisasikan di lapangan bahwa metode yang digunakan oleh masyarakat di proses ba-ume tidak menguntungkan. Namun, prosesi besaoh dan gandal telah menghasilkan karakter gotong royong yang kuat, musyawarah, toleransi, religius. Bagi tuan sepangkalan, memiliki ume mendapatkan kepuasan tersendiri karena bisa menerapkan metode ba-ume yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.

Nilai-nilai budaya asing mulai dengan cepat masuk seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kehidupan ekonomi masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris menjadi industri.

Industri berkembang maju dan saat ini tatanan kehidupan lebih didasarkan pada pertimbangan ekonomi dan karena lebih bersifat materialistis. Dengan demikian, nilai gotong royong dalam masyarakat sudah pudar. Untuk itu, perlu penguatan implementasi karakter budaya lokal dalam pelaksanaan P5.

Gotong royong adalah suatu kegiatan dilakukan secara bersama-sama dan sukarela agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar, mudah, dan ringan. Tidak hanya itu, dengan kesadaran perilaku gotong royong, maka hubungan persaudaraan atau persahabatan akan menjadi lebih erat di tengah masyarakat. Budaya gotong royong bangsa Indonesia sudah ada sejak dahulu kala.

Gotong royong merupakan kepribadian bangsa dan merupakan budaya yang memiliki akar yang dalam pada kehidupan masyarakat. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam gotong royong, di antaranya: (1) Rasa kebersamaan; (2) Persatuan; (3) Rela berkorban; (4) Tolong menolong; (5) Sosialisasi. Nilai-nilai karakter gotong royong yang dikembangkan pada tradisi besaoh dan ganjal pada proses ba-ume sudah terbentuk sepenuhnya dan dijelaskan karena tanpa pamrih sehingga hal ini berdampak pada pemahaman parsial siswa terhadap perilaku gotong royong.

Toleransi adalah tindakan yang mengacu pada sikap saling menghormati di antara sesama masyarakat. Toleransi bagian dari sikap hormat yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan dengan suasana yang damai dan beragam. Sikap toleransi perlu dipersiapkan sejak kecil untuk menjaga perbedaan yang ada di masyarakat, karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama yang dapat memicu diskriminasi.

Toleransi dapat juga diartikan suatu kemampuan individu untuk memperlakukan seseorang dengan baik atau kesadaran untuk menerima dan menghargai perbedaan. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam toleransi, di antaranya: (1) Toleransi beragama; (2) Toleransi berbudaya; (3) Toleransi keragaman suku; dan (4) Toleransi sosial budaya. (*)

Sumber: bangkapos
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved