Bangka Pos Hari Ini
Penertiban Ponton TI Memerlukan Koordinasi, Penambang Kerap Kucing-kucingan dengan Aparat
Razia menjadi satu alasan Iwan untuk pensiun menambang. Dia juga memilih kembali menjadi nelayan karena harga jual timah yang terus menurun....
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Masyarakat Desa Permis, Kecamatan Simpangrimba, Kabupaten Bangka Selatan, akrab dengan aktivitas pertambangan laut yang menggunakan ponton jenis TI Tower. Perekonomian masyarakat pun bergantung dari hasil tambang yang umumnya dijual ke kolektor.
Kendati begitu tak dipungkiri jika penambang TI Tower kerap kucing-kucingan saat beraktivitas. Mereka waswas terhadap razia yang dilakukan aparat penegak hukum.
Tidak jarang para penambang memilih berhenti beraktivitas jika mendengar kabar Razia.
Direktur Polisi Air dan Udara Polda Babel, Kombes Himawan mengatakan pihaknya tidak sertamerta melakukan penertiban atau razia ponton TI di laut. Sebelum bertindak, mereka melakukan Kerjasama dengan pihak-pihak terkait.
"Tentunya kami bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk dari PT Timah, kemudian kami juga menggandeng stakeholder yang ada, dinas-dinas kabupaten terkait, kami akan koordinasi," kata Himawan kepada Bangka Pos, Kamis (16/5).
Menurut dia, begitupun jika ponton-ponton tersebut berada di wilayah kabupaten-kabupaten itu perlu dilakukan koordinasi dan tentunya akan dilakukan imbauan-imbauan.
"Iya tentunya gitu," ucapnya, singkat.
Diberitakan sebelumnya, Iwan, warga Desa Permis, mengatakan mayoritas warga desanya menggantungkan hidupnya dengan mencari timah. Termasuk dirinya pernah puluhan tahun bekerja di ponton TI Tower.
Baca juga: Satu Penambang Tewas Tertimbun Tanah di Desa Telak Parittiga Babar
Baca juga: Intip Penggerebekan dari Balik Jendela, Bik Sur Curiga Didatangi Calon Pengontrak Rumah
Menurut Iwan, aktivitas pertambangan yang dilakukan masyarakat Desa Permis menjadi dilema bagi mereka lantaran di satu sisi harus tetap mencari nafkah dan di sisi lain harus kucing-kucingan menghindari petugas.
"Di situ sebenarnya memang ada izinnya (IUP-red), makanya ada Kapal Isap milik PT Timah itu. Tapi enggak tahu juga kenapa sekarang sering ada razia," ucapnya.
Razia menjadi satu alasan Iwan untuk pensiun menambang. Dia juga memilih kembali menjadi nelayan karena harga jual timah yang terus menurun.
Begitu juga hasil tambang dari TI Tower yang beroperasi di perairan Laut Permis. Sepengetahuan Iwan, saat ini masing-masing TI tower kadang kala hanya mendapatkan 30-40 kg timah setiap harinya. Untuk mencari 100 kg setiap hari pun sulit. Jika pun ada, para penambang banyak yang kesulitan untuk menjualnya.
"Saya berhenti itu pokoknya pas harga timah mulaimulai turun itulah, sekitarsekitar 3 atau 4 bulan lalu," katanya.
Iwan sendiri, ketika masih menambang, bekerja dengan tiga rekannya di satu TI tower. Mereka mendapat gaji dari pemilik TI tower.
| Kejati Babel Upayakan Damai, Kasus Dugaan Penipuan Wagub Hellyana Masuk ke JPU |
|
|---|
| Gubernur Riau Terjaring OTT di Kafe, Wahid Datang ke KPK Pakai Sandal |
|
|---|
| Timnas Indonesia U-17 Siap Tempur Hadapi Zambia di Laga Perdana Piala Dunia U-17 2025 |
|
|---|
| Gubernur Riau Abdul Wahid dan 9 Pejabat Lain Diterbangkan ke Jakarta Usai Terjaring OTT KPK |
|
|---|
| Masyarakat Penambang Batalkan Unjuk Rasa, Sepakat Harga Timah Rp300 Ribu per Kg |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.