Tribunners
MTQ dan Keteguhan Jiwa dalam Spirit Perjuangan di Tengah Krisis Multidimensi
MTQ adalah lebih dari sekadar tradisi. Ia adalah lentera di tengah badai kehidupan.
Setiap pelaksanaan MTQ nasional adalah cermin dari energi spiritual bangsa. Ia membuktikan bahwa meski zaman berubah, cinta kepada Al-Qur’an tidak pernah pudar. Dan selama cahaya itu masih ada, bangsa ini tidak akan kehilangan arah.
Keteguhan Jiwa di Tengah Krisis: Belajar dari Kisah Para Nabi
Al-Qur’an penuh dengan kisah-kisah tentang keteguhan jiwa dalam menghadapi krisis. Nabi Yusuf a.s. tetap teguh meski difitnah dan dipenjara, Nabi Nuh a.s. terus berdakwah meski diabaikan oleh kaumnya selama ratusan tahun, dan Nabi Ibrahim a.s. tetap percaya kepada Allah meski diancam oleh penguasa zalim.
Kisah-kisah itu bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan cermin kehidupan kita hari ini. Di tengah krisis ekonomi, moral, atau sosial, kita pun dituntut untuk bersikap seperti mereka— sabar, berani, dan percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang teguh.
Keteguhan jiwa berarti tidak larut dalam pesimisme, tidak tenggelam dalam kecemasan. Ia adalah kemampuan untuk tetap berjalan, meski langkah terasa berat; untuk tetap percaya, meski keadaan tampak gelap. Dan inilah nilai yang diajarkan oleh Al-Qur’an, nilai yang dihidupkan kembali oleh semangat MTQ.
Bangsa Indonesia, dengan segala tantangan yang dihadapinya, membutuhkan keteguhan semacam ini. Bukan hanya keteguhan ekonomi atau politik, tetapi keteguhan moral dan spiritual — yang lahir dari keyakinan bahwa perubahan sejati dimulai dari hati yang berpegang pada kebenaran.
MTQ sebagai Lentera di Tengah Badai
MTQ adalah lebih dari sekadar tradisi. Ia adalah lentera di tengah badai kehidupan. Di saat dunia dilanda kegelisahan dan kehilangan makna, MTQ datang mengingatkan kita bahwa ketenangan sejati hanya bisa ditemukan ketika kita kembali kepada Al-Qur’an.
Keteguhan jiwa bukan berarti tidak pernah jatuh, melainkan kemampuan untuk bangkit setiap kali terjatuh -- dengan iman sebagai sandaran dan Al-Qur’an sebagai penuntun. Itulah spirit perjuangan yang sesungguhnya.
Krisis multidimensi yang kita hadapi hari ini seharusnya tidak membuat kita pesimistis, melainkan menjadi panggilan untuk memperkuat nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan: kejujuran, kepedulian, keadilan, dan kasih sayang. Seperti janji Allah dalam surah Al- Insyirah ayat 6: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Ayat ini mengajarkan optimisme yang lembut namun tegas: tidak ada badai yang abadi, dan tidak ada malam yang tidak berakhir dengan fajar.
Maka, selama suara Al-Qur’an terus bergema di bumi Indonesia — selama semangat MTQ terus hidup di dada umat — kita akan selalu punya alasan untuk percaya, bahwa bangsa ini masih bisa bangkit. Dengan keteguhan jiwa, dengan iman, dan dengan perjuangan yang tidak pernah padam. Wallahu A’lam. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20250608_Iqrom-Faldiansyah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.